Menurut para teoritikus film, film yang kita kenal sekarang ini merupakan perkembangan dari fotografi yang diciptakan oleh Joseph Nicephore Niepce dari Perancis pada tahun 1826.
Bila dikaitkan dengan gambar bergerak, maka terciptanya film bernula dari suatu pertanyaan unik,“Apakah keempat kaki kuda pada suatu saat berada pada posisi melayang secara bersamaan ketika berlari?” Untuk menjawab pertanyaan ini, tahun 1878 Edward Muybridge dari Standford University, Inggris, membuat serentetan 16 foto (frame) kuda yang sedang berlari.http://www.wikimu.com/ (09/02/2010). Kemudian, ketika foto kuda berlari tersebut dilihat secara berurutan dalam kecepatan tertentu terjadilah gerakan kuda berlari. Inilah gambar rekaman bergerak pertama yang diciptakan di dunia Untuk mempertunjukkan gambar rekaman bergeraknya selama perjalanan kuliahnya ke berbagai tempat Edward Muybridge menciptakan zoopraxiscope.Berdasarkan ciptaannya ini, Edward Muybridge disebut sbagai pencipta gambar rekaman bergerak/film pertama (motion picture). http://www.wildwestweb.net/ (09/02/2010)
Apakah keempat kaki kuda melayang? Lihat gambar no.2, 3 dan 4
Zoopraxiscope (diucapkan ZOH-uh-PRAKS-scohp) bersama dengan zoetrope dan thaumatrope,dapat dianggap sebagai pelopor dari teknologi gambar bergerak (motion display technologies)dewasa ini, termasuk GIF dan teknologi video seperti video streaming) yang semuanya menciptakan gerakan dengan menyajikan gambar-gambar berbeda sikap tapi satu sama lainnya berkaitan erat. http://whatis.techtarget.com/ (10/02/2010)
Zoopraxiscope
Zoopraxiscope atau putaran roda yang menghidupkan (wheel of life) pertama kali dipatenkan tahun 1867 di USA oleh William Lincoln, gambar atau foto yang bergerak dilihat melalui lobang kecil pada zoopraxiscope. Tapi alat ini jauh dari film yang kita kenal sekarang.
Kalau terciptanya film bermula dari pertanyaan unik tentang kaki kuda, maka industri film dimulai dengan “orang bersin” seperti dikatakan Bob Thomas dalam bukunya King Cohn, Biografi Pendiri Columbia Pictures
Pada mulanya sederhana saja. Thomas Alva Edison membuat gambar hidup memperlihatkan Fred Ott yang sedang bersin., maka lahirlah sebuah industri . Bayar uang satu sen, film diputar, silahkan lihat betapa lucunya orang itu bersin. Orang berduyun-duyun menuju salon kinestope, berdesak-desakan untuk selama satu menit menonton gambar yang bergerak. Di samping film “The Sneez” (Bersin) tadi mereka melihat “Sandow” , “The Strong Man”, “Anny Oakly”, beruang-beruang yang sudah dilatih, cara mencabut gigi dan bagaimana gadis-gadis Puerto Rico menghibur prajurit-prajurit Paman Sam.
Dalam tahun 1891, The Edison Company berhasil mempertunjukkan kinematoscope ciptaan Thomas Alfa Edison (1847-1931) – ilmuwan Amerika yang menemukan lampu listrik dan piringan hitam (phonograph). Bentuknya menyerupai sebuah kotak besar dengan lubang pengintip di atasnya untuk penonton melihat gambar bergerak di dalamnya. Satu pertunjukan film yang hanya bisa oleh satu orang. Pada tahun 1894, mulai diadakan pertunjukan cinetoscope di kota New York.
Kinematoscope Edison
Pertunjukan ini kemudian popular di seluruh Amerika Serikat, bahkan terus menyebar ke luar negri, terutama Eropa. Di antara pengagum pertunjukan ini adalah kakak beradik Auguste Lumiere danLouis Lumiere dari Perancis yang kemudian terkenal dengan sebutan Lumiere Bersaudara.
Film modern seperti sekarang ini dimulai setelah ditemukannya kamera film oleh Louis Lumiere.Dia dianggap sebagai orang pertama yang menciptakan kamera film (motion picture camera)pada tahun 1865 (walaupun sebenarnya, beberapa orang juga telah membuat ciptaan serupa pada waktu yang bersamaan dengan Lumiere). Apa yang diciptakan Lumiere adalah kamera film portable, unit pemrosesan film dan proyektor yang disebut cinematographe, satu ciptaan yang mencakup tiga fungsi. Keunggulan cinematograph adalah adanya gerakan tersendat. Pada saat diputar, setiap frame berhenti sejenak (sepersekian detik) untuk disinari lampu proyektor. Hasilnya gambar Nampak hidup dan tidak berkedip-kedip.
Pada tanggal 28 Desember 1895, di Grand café, Paris, Perancis, Lumiere Bersaudara mempertunjukkan hasil karya mereka kepada public dengan membeli karcis masuk. Film yang dipertunjukkan berupa para pekerja pabrik yang pulang kerja, kereta pai masuk stasiun, anak-anak main di pantai dan sebagainya. Pertunjukan yang rutin dilakukan Lumiere Bersaudara ini menjadi cikal bakal bisnis pertunjukan film yang menguntungkan. Peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan bioskop di dunia (Meskipun Max dan Emil Skladanowsky muncul lebih dulu di Berlin, Jerman, pada tanggal 1 November 1895, namun pertunjukkan Lumiere Bersaudara yang diakui kalangan internasional).
Cinematographe
Poster pertunjukkan film
Thomas Alva Edison juga menyelenggarakan bioskop (vitascope) di New York, Amerika Serikat, pada tanggal 23 April 1896. Kemudian film dan bioskop ini terselenggara pula di Inggris (Februari 1896), Uni Sovyet (1896), Jepang (1896-1897), Korea (1903), Italia (1905), Indonesia (1900, film pertama diputar di Batavia).
Pertunjukan film di ruangan gelap akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Sekitar tahun 1905, pertunjukan film dengan sebutan nicleodeon
tumbuh subur di Amerika Serikat (penonton membayar satu nicle, sedangkan odeon kata Latin yang berarti gedung pertunjukan kecil). Film-film
yang dipertunjukkan sudah merupakan cerita, tapi masa putarnya masih pendek, sekitar sepuluh menitan.
Sejarah Film di Indonesia
Di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada tanggal 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “gambar idup”. Pertunjukan film pertama digelar di Tanah Abang, sebuah film dokumenter yang mempertunjukkan perjalanan ratu dan raja Belanda di Den Haag. Pertunjukkan pertama ini kurang berhasil karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal
Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 19005 yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu
Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926. Sebuah film cerita yang masih bisu. Sementara film luar negeri sudah bersuara. Film pertama dibuat oleh NV Java Film Compahy di Bandung dengan judul “Loetoeng Kasaroeng” (1926). Berikutnya adalah film “Eulis Atjih” diproduksi oleh perusahaan yang sama. Kemudian muncul perusahaan film lainnya, seperti Halimun Film Bandung yang membuat “Lily van Java dan central Film Coy. (Semarang) yang membuat “Setangan Berloemoer Darah”
Film bersuara pertama adalah film “Nyai Dasima” (Jakarta, 1031), disusul kemudian “Zuster Theresia” (Bandung, 1932). Selama kurun waktu 1926-1931 tercatat 21 judul film (bisu dan bersuara) diproduksi. Jumlah bioskop meningkat dengan pesat.
Untuk mempopulerkan film Indonesia, Djamaludin Malik mendorong adanya Festival Film Indonesia (FFI) pada 30 Maret – 5 April 1955, setelah sebelumnya pada 30 Agustus 1954 terbentuk PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia). Film “Jam Malam” (film yang menyampaikan kritik sosial yang sangat tajam mengenai para bekas pejuang setelah kemerdekaan) tampil sebagai film terbaik dalam festival tersebut. Film ini sekaligus terpilih mewakili Indonesia dalam Festival Film Asia II di Singapura.
Oleh: Gandjar Sakri
Sumber :
- http://www.wildwestweb.net/ (9/2/2010)
- http://inventors.about.com/ (9/2/2010)
- http://hsutadi.blogspot.com/ (2/3/2010)
- http://teaterproses.blogspot.com/ (2/3/2010)
- http://niadilova.blogdetik.com/ (5/3/2010)
0 Komentar